Minggu, 12 Juni 2016

cedera dalam olahraga



BAB II
A.    Pengertian
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) ( Brunner & Suddarth ).
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi  yang ligamen-ligamennya pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
B.     Faktor dan Penyebab
Dislokasi di sebebabkan oleh :
1.      Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.      Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
Terjatuh
·         Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
·         Tidak diketahui
·         Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
·         akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
·         Trauma akibat kecelakaan.
·         Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
·         Terjadi infeksi disekitar sendi.
Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
A.    PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.
B.     MANIFESTASI KLINIS
Deformitas pada persendiaan
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
Pembengkaka
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi
Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
C.     KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
C.    Cabang Olahraga yang sering mengalami cedera
1.      Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.      Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3.      Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4.      Patologis. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
Contoh dalam permainan sepak bola sebagai berikut :
CEDERA DALAM SEPAKBOLA DAN FUTSAL
Cedera, kata ini sangat akrab di telinga kita terutama buat penggemar olahraga sepakbola dan futsal. Sering kita lihat dan dengar di lapangan saat ada kejadian benturan antar pemain, atau jatuhnya pemain yang kemudian pemain itu merintih atau berteriak  kesakitan sambil memegang bagian dari tubuhnya yang sakit, tidak lama kemudian pemain itu dihampiri oleh rekan-rekannya, setelah melihat bagian mana yang sakit salah seorang rekan mengatakan bahwa si dia mengalami cedera, ada yang bilang “ankle/engkel” ada juga yang bilang “bengkak” sampai ada yang bilang “hamstring”.

Kata cedera tidak pernah jauh dari pemain sepakbola, mengingat permainan ini banyak menggunakan kerja otot tubuh dan kemungkinan berbenturan tubuh antar pemain juga sangat tinggi. Cedera dapat berdampak langsung terhadap masa depan karir dan kehidupan ekonomi keluarga dari pemain sepakbola. Cedera yang dialami pemain sepakbola biasa terjadi saat latihan maupun pertandingan, secara sengaja atau tidak sengaja, karena faktor lapangan, gerakan tubuh yang salah, berbenturan dengan pemain lain dan sebagainya. Bagian tubuh dari kepala hingga ujung kaki pemain sepakbola berpotensi mengalami cedera ringan atau berat.
Cedera atau luka menurut Wikipedia dalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka di sini juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan. Penyebab-penyebab cedera secara umum terjadi karena:
1.      Pemanasan yang kurang atau salah
2.      Gaya permaianan dan gerakan yang salah, dan
3.      Pendinginan
Tak sedikit pemain yang baru terdeteksi cedera setelah permainan usai karena benturan atau tekel-an saat di lapangan dianggap yang tidak parah. Sebenarnya cedera tidak hanya akibat benturan fisik dengan pemain lain, melainkan juga akibat terlalu memaksakan otot untuk bekerja keras sepanjang laga. Akibat paling umum dari benturan fisik adalah cedera yang sifatnya akut atau traumatic, sementara pemaksaan otot dan persendian dalam setiap pertandingan dapat memicu cedera yang sifatnya akumulatif. Menurut sebuah penelitian di California, cedera dalam olahraga sepakbola lebih banyak terjadi dalam pertandingan resmi yakni 35,3 kasus dalam 1.000 laga. Sedangkan saat latihan, cedera hanya terjadi sebanyak 2,9 kasus dalam 1.000 sesi latihan.
Dikutip dari Sportsinjurybulletin, Senin (12/7/2010) berbagai cedera yang dialami adalah:
·   Cedera ringan yang menyebabkan pemain harus absen kurang dari sepekan paling sering terjadi yakni 60,15%
·      Cedera sedang dengan durasi absen sepekan hingga sebulan sebanyak 26,17%
·      Cedera parah yang mengistirahatkan pemain lebih dari sebulan terjadi sebanyak 13,67%
Bagian tubuh yang paling rentan cedera adalah kaki, Persentasenya mencapai 77% dibandingkan lutut yang hanya 21% dan ankle atau pergelangan kaki sebesar 18%. Namun dibandingkan pada bagian tubuh lainnya, cedera lutut cenderung menyebabkan seorang pemain absen dalam jangka waktu paling lama, cedera di bagian ini juga paling sering membutuhkan operasi pembedahan untuk mengatasinya. Pada pergelangan kaki, sisi bagian luar lebih rentan terkilir dibandingkan sisi dalam maupun tengah. Kerusakan ligamen pada sisi luar juga cenderung lebih berbahaya dibandingkan pada ligamen di sisi dalam. Sementara itu, kerusakan otot paling banyak terjadi di bagian paha (groin) yakni 53%. Otot lain yang sering sobek dalam permainan sepakbola adalah hamstring (42%) dan quadriceps atau otot paha di sisi depan (5%).
Penelitian lain yang dipublikasikan dalam British Journal of Sport Medicine mengungkap, cedera paling banyak terjadi pada 15 menit awal dan 15 menit menjelang laga berakhir. Risiko di menit-menit awal merupakan akibat dari permainan keras dengan intensitas tinggi, sementara risiko menjelang laga berakhir umumnya dipicu oleh kelelahan.
D.    Peralatan dan Terapi
1.      Peralatan
a.    Rotgen
Menunjukan lokasi atau luasnya fraktur.
b.    Scan tulang, tonogram, CT scan
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengindetifikasi kerusakan jaringan lunak.
c.    Imobilisasi
Misalnya pemasangan gips
2.      Terapi
a.       Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Tindakan reposisi ini dapat dilakukan  ditempat kejadian tanpa anasthesi, misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu dan dislokasi jari.
b.      Jika tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan reposisi dengan anasthesi lokal dan obat – obat penenang misalnya Valium.
c.       Jangan memaksa melakukan reposisi jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat, disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita, dapat menyebabkan syok neurogenik, bahkan dapat menimbulkan fraktur.
d.      Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anasthesi umum. Dislokasi setelah reposisi, sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran sendi,  sendi tetap disangga saat latihan.
-  Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
-  Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
-  Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
-  Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
-  Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
Cedera karena tulang paha keluar dari mangkuknya
Sendi panggul menyerupai mangkuk dan bola. Bagian mangkuk disebut juga dengan acetabulum dan bagian bola dikenal dengan kepala tulang femur. Dalam kondisi normal kepala tulang paha berada di dalam mangkuknya, tulang acetabulum.
Dislokasi artinya seluruh kepala tulang paha keluar dari mangkuknya. Sedangkan pada subluksasi bagian yang keluar hanya separuhnya.Terdapat beberapa faktor yang diduga berperan terhadap kejadian kelainan ini. Penyebab kelainan diduga ada dua hal, pertama faktor hormon yang dapat mengakibatkan sendi panggul mudah mengalami dislokasi, dan faktor kondisi acetabulum yang mendatar, padahal kondisi normalnya menyerupai mangkukterbalikKe-lainan ini sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya sudah mengalami lepas sendi total (dislokasi) lepas sendi sebagian (subluksasi) atau hanya rentan mengalami dislokasi.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan usia. Jika baru lahir dapat dilakukan pemeriksaan tes Barlow dan tes Ortolani. Tes barlow dilakukan manipulasi untuk mendorong tulang paha keluar dari mangkuk acetabulum. Jika dapat keluar, maka sendi tersebut mudah mengalami dislokasi. Sedangkan tes ortolani dilakukan untuk mengembalikan sendi.
Tes barlow dilakukan usaha untuk menekan tulang paha, agar dapat diketahui penderita tersebut mengalami dislokasi atau mudah mengalami dislokasi, disebut juga sebagai tes provokasi. Sedangkan untuk tes ortolani,diusahakan untuk memasukkan kepala tulang paha ke dalam rnangkuk acetabulum, pada penderita yang sudah mengalarni dislokasi.
Pada anak yang sudah berumur lanjut, kedua pemeriksaan diatas tidak dapat dilakukan, karena sudah terjadi posisi yang salah dan mengalami perlengketan. Dalam kondisi ini diperlukan pemeriksaan Iain, berupa USG, CT scan, atau MRI untuk memastikan ada tidaknya kelainan sendi panggul.
Gejala
Gejala yang muncul kadang dapat mengindikasikan ke arah kelainan tersebut adalah:
·         Keterbatasan bayi saat menggerakkan tingkai keluar, karena sudah terjadi perlengketan pada otot.
·         Tingkai bayi panjang sebelah.
·         Adanya Iipatan kulit pada bayi yang berbeda dengan bayi yang mengalami.
·         Tungkai yang mengalami dislokasi lebih pendek dibandingkan Tungkai normal.
Pengobatan
Untuk menentukan jenis pengobatan yang akan digunakan, dokter akan mengumpulkan data saat konsultasi dilakukan. Pemberian terapi bergantung pada kondisi penderita dan waktu saat datang ke dokter.Semakin cepat berkonsultasi dan mendapatkan penanganan, hasilnya akan menjadi lebih baik dibandingkan pada penderita yang terlambat mendapat penanganan. Pilihan pengobatan diantaranya :
·         Observasi untuk melihat perkembangan 
·         Pemasangan pavlik harness (alat untuk rnempertahankan posisi normal sendi panggul) 
·         Pengernbalian posisi Sendi panggul yang normal, selanjutnya dipertahankan dengan gip
·         Tindakan operasi untuk mengoreksi kelainan, selanjutnya dipertahankan dengan gip. 

https://peraturanpencaksilat.blogspot.com/b/post-preview?token=fpRhR1UBAAA.LzhQx6E_Hu8Nzt4xh-_dTcN9QTVfTzzR3r9LUuBBkWbj-4W4Rzh78sLuAy5bxUIu5fAh2Q6Hn6NejeVMaARlgA.mmZw6arZ-vft4sfI8nTslw&postId=3030331782686449441&type=POST - See more at: http://komisigratis.com/publisher.php#sthash.isxHYTaX.dpuf